; 𝐀𝐥𝐥𝐞𝐧'𝐬 𝐀𝐝𝐯𝐞𝐧𝐭𝐮𝐫𝐞: Desember 2022

Cari Blog Ini

Selasa, 20 Desember 2022

Lingkaran Kehidupan Seorang Cyclist

Perjalanan panjang-Ku menjadi penghobi sepeda balap dari akhir tahun 2009 sampai sekarang membuka mata batinku dan mempertegas hidup ini bahwa hubungan atau interaksi manusia satu sama lain adalah sesuatu yang sangat kompleks dan rumit.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita terkadang tanpa sadar maupun sengaja, memberikan penilaian terhadap orang lain di sekitar kita menurut ukuran atau standar kita sendiri dan pendapat orang lain, so...tulisan ini tidak ada unsur menghakimi pribadi atau kelompok tertentu, hanya sebatas sharing pengalaman hidup selama menjalani hobies sepeda balap dengan melewati beberapa generasi : 

A. Generasi 2009 - 2015 
B. Generasi 2016 - 2019
C. Generasi 2020 - 2022 / Pra Pandemi COVID.

Untuk menjadi seorang "Cyclist yang bisa bertahan lama dari generasi ke generasi , khususnya dalam lingkungan komunitas, Anda perlu menetapkan prinsip utama ini : 

1. Jangan dengar yang tidak perlu di dengar.

2. Jangan lihat apa yang tidak perlu di lihat.

3. Jangan bicara apa yang tidak perlu dibicarakan.

4. Jangan cari tahu apa yang tidak perlu kita tahu.

5. Hiduplah seperti "Garam"  secukupnya saja, tidak perlu menjadi "Gula".

Menjadi bagian dari komunitas sepeda balap rasanya bukan menjadi hal yang asing lagi bagi kehidupan kita sebagai penggemar sepeda balap.
Komunitas atau klub adalah unsur yang sangat penting dalam olahraga sepeda balap, tanpa adanya komunitas serasa " makan nasi tanpa lauk". Dalam jangka pendek, Anda mungkin bisa melakukan kegiatan gowes sendiri tetapi dengan berjalan nya waktu, Anda akan kehilangan motivasi, semangat dan ujung ujung nya adalah "Pensiun Dini ".
Salah satu unsur terpenting dari olahraga ini adalah " Kebersamaan / Pertemanan ", semakin banyak teman, gowes Anda akan semakin menarik dan menyenangkan.

A. Generasi 2009 - 2015.


Bulan Oktober 2009 adalah waktu dimana saya mulai tertarik dengan dunia sepeda balap / roadbike setelah peralihan dari sepeda gunung / MTB.
Dimulai dari kawasan yang dekat dengan rumah yaitu Foresta - BSD Serpong, rute ini menyajikan aspal yang sangat mulus dan sepi lalu lintas (di saat tahun itu) dan menurut saya ini adalah rute "Surga Speed" sepeda balap pada jaman itu. 
DNA sepeda balap adalah "Speed", semakin dipacu dengan kecepatan tinggi, adrenalin memuncak dan pelepasan hormon endorfin menghasilkan energi positif ( mood booster, rilex).
Beberapa komunitas sepeda balap yang cukup terkenal di tahun 2009 - 2015 antara lain : IPSJ, FPSJ, KGB, SCT, PCC, MCT, ID Selap, MP3, KSK, TSCC, dll.

Dan saya saat itu dengan beberapa teman ( ber-5) memulai kegiatan gobar dengan roadbike dan kebersamaan kami menjadi cikal bakal klub pertama di kawasan Serpong yaitu komunitas SCT ( Serpong Cycling Team ) di kawasan BSD Serpong.

Konsep gowes nya berpindah pindah dari satu tempat ke tempat lain, misal minggu ini gowes di Dalkot, minggu depan di Serpong, minggu depan lagi di Sentul, dll

Apparel Jersey saat itu adalah model jersey dengan banyak sablonan produk sponsor, dalam 1 stelan jersey tersablon berbagai macam merek produk atau jasa, tampilan lengan jersey model pendek, ukuran size jersey longgar - bukan race fit dan brand sepatu roadbike yg terkenal saat itu adalah merek SIDI sedangkan untuk part pendukung lainnya seperti wheelset adalah trend model wheelset profil aluminium dengan ukuran lebar profile 20 ( Mavic, Easton, Reynolds, Campagnolo ), masih jarang wheelset dengan material full carbon.
Trend wheelset full carbon mulai di awal tahun 2014 dengan berbagai macam teknologi aerodynamic dan kualitas material carbon, misal merek Zipp, Campagnolo Bora, Mavic.

Masa tahun itu masih sangat jarang yang memakai power meter sebagai alat dan data untuk latihan ( masih sangat mahal ), penggunaan Heart Rate Monitoring, Speed, Cadence menjadi patokan utama.
Berbeda dengan generasi cyclist jaman Covid yang selalu pamer kehebatan Cadence, Power Watt, Speed sampai di posting di media social ( facebook, Instagram), generasi cyclist 2009-2015 tabu untuk menampilkan data secara terbuka apalagi di medsos, konsep di atas langit masih ada langit yang lebih tinggi masih dijunjung tinggi.
Aplikasi Strava adalah salah satu media yang  cocok untuk tebar pesona bagi cyclist dibanding medsos seperti Facebook atau Instagram, karena aplikasi Strava adalah aplikasi yang diciptakan memang untuk cyclist, runner, selain itu aplikasi Strava bisa menjadi sarana dokumentasi sejarah perjalanan anda sebagai seorang cyclist - terekam dengan data yang cukup detail.

'Instacyclist' atau 'Cyclingselfie' belum ada di masa jaman itu, kemajuan mobile phone dengan teknologi camera belum sebagus seperti sekarang ini.

Di pasca tahun 2009, usia saya saat itu di 36 tahun, termasuk usia yang produktif sebagai tukang tarik di pelaton, heart rate masih bisa kuat bertahan di bpm tinggi, otot masih bisa cepat recovery hanya dengan tidur siang beberapa jam dan besok siap gassspoool lagi. 
Aktivitas seperti Race, Touring , Gobar tidak pernah absen, di tahun tahun tersebut sangat termotivasi untuk semua kegiatan sepeda balap baik di dalam ataupun luar negri, alhasih sering podium di beberapa kejuaraan race kelas penggemar saat itu.


Setelah berjalan nya waktu selama 5 tahun kemudian, mulai timbul pertanyaan di benak hati, Apa sih yang diperjuangkan? The End nya mau dibawa ke mana? Mau ganti profesi jadi atlet ? Atau terinspirasi dengan atlet atlet pro di TDF? Latihan pagi siang sore mau jadi apa? Suatu hari kalo saya accident parah ? Bagaimana tanggapan keluarga?
Latihan terlalu intens akan mempengaruhi pekerjaan sehari hari, ngantuk, letih, tidak ada motivasi adalah tanda tanda over training.

Drama percintaan di atas sepeda bagaikan kisah Cu Pat Kay : Dari dulu begitulah cinta, deritanya tiada pernah berakhir.
Banyak teman teman ku yang sudah berkeluarga terjerat drama percintaan karena hobi sepeda ini, akibat suka duka dalam touring berhari hari, bertemu dan gowes setiap hari, lahirlah racun cinta yang efeknya dapat merusak keluarga, bijaksana lah...Keluarga anda rusak, hobi sepeda pasti akan cepat selesai alias pensiun dini.

Untuk menunjang hobi upgrade sepeda tanpa pengeluaran besar, saya mulai dengan berjualan part part sepeda dan trend saat itu adalah booming sepeda lipat untuk pertama kali nya seperti Brompton, Bike Friday dan saya mendapatkan margin cukup lumayan di masa itu.

Tahun 2015, disinilah Saya mulai memasuki tahap kedewasaan dalam olahraga sepeda balap  dan menyimpulkan olahraga sepeda
balap adalah olah raga yang sangat beresiko tinggi akan cidera baik itu cidera karena kecelakaan atau cidera akibat latihan secara berlebihan dan profesi ini lebih layak dilakukan oleh atlet profesional.
Hobbies atau penggemar memacu dengan kecepatan tinggi lebih dimotivasi oleh harga diri atau gengsi untuk membuktikan sayalah yang terbaik dan terkuat tanpa memikirkan resiko dan keluarga.
Sudah banyak kejadian dikarenakan  kecelakaan tabrakan, over threshold heart rate, crash di pelaton yang saya lihat dan alami,  beberapa teman sampai ada yang meninggal atau cacat akibat " speed " dan kejadian ini meninggalkan kesan dan pesan yang mendalam, tidak terlupakan dalam hidupku selama menjalani hobi dunia sepeda balap, positif nya adalah saya semakin hati hati / waspada dan bijaksana saat bersepeda apapun kondisi nya dan selalu dimulai dengan Doa Pagi sebelum beraktivitas.

Beberapa pemain baru (newbie) selalu menganggap " enteng" saat pelatonan, saat touring, saat race dan dianggap seperti bermain sepeda roda tiga di masa kecil, gaya dan tingkah laku nya kadang membuatku "muak" alias terlalu banyak gaya.

Setelah memasuki masa kejenuhan bersepeda, alternatif olahraga lain seperti : Triatlon, Lari Marathon mulai dicoba dengan berlatih dan mengikuti beberapa event race, alhasil tidak menemukan kecocokan dan diakhir cerita memutuskan kembali ke dunia sepeda balap, siklus ini selalu terulang di generasi berikut nya.

B. Generasi tahun 2016 - 2019.


Tahun 2016 -2017 adalah tahun dimana saya mengalami kejenuhan yang sangat luar biasa dalam hal hobi bersepeda dan memutuskan pensiun selama 1 tahun.
Saya kembali beraktivitas dengan easy run dan kegiatan ringan lain nya
Bertahan 1 tahun tanpa gowes, awal tahun 2018 saya kembali ke dunia sepeda balap dan bergabung dengan komunitas baru di kawasan Mozia Serpong.
Beberapa teman di era SCT banyak pindah ke komunitas di kawasan Bintaro, sekarang dikenal dengan komunitas Bintaro.


Sedangkan Mozia BSD Serpong adalah kawasan baru dengan rute berbentuk Loops sejauh 2.7km, sepi lalu lintas, aspal mulus dan hanya terdapat beberapa cyclist yang gowes.
Di masa itu, kawasan yg menjadi sentral gowes di Serpong adalah di Mozia Loops dan Alam Sutra Loops.


Aktivitas sepeda berjalan seperti biasanya, kegiatan challenge yang menantang, touring jarak jauh antar pulau, Everesting 8848mdpl challenge, event race ,dll.
Gowes indoor di masa itu mulai menjadi trend gaya hidup, dengan munculnya aplikasi Zwift, Sufferfest, dll.
Smart trainer mulai bermunculan : wahoo, tacx, elite, dll.
Penggunaan Power Meter di pedal : Assioma mulai banyak dipakai untuk progress latihan.
Wheelset carbon profile lebar, Disc profile, Tri Spoke semakin banyak dipakai.

C. Generasi tahun 2020 - 2022.


Saya sebut sebagai era " Cyclist COVID ", generasi cyclist dimana pandemi COVID muncul dan pada mulai melakukan kegiatan berolah raga antara lain adalah bersepeda, khusus nya sepeda roadbike.
Generasi ini saya sebut sebagai generasi dengan drama drama hidup tersibuk dan paling kreatif, berbeda dengan generasi sebelum nya, tujuan hobi bersepeda saat itu selain untuk kesehatan juga untuk berkompetisi ( misal race, dll ), nah untuk generasi ini banyak " drama drama " yang terbentuk di dalam komunitas akibatnya di internal komunitas banyak terjadi konflik konflik yang tidak penting.


Life cycle cyclist juga tidak bertahan lama, 1 sampai 2 tahun setelah itu menghilang, tidak kelihatan batang hidung padahal sebelum nya koar koar di YouTube demi mendapatkan konten terbaik sebagai cyclist sejati.
Daya beli sangat luar biasa, demi untuk mendapatkan average speed, part part aero dan lightest akan dibeli, gasspooolll... dimasa inilah banyak toko toko sepeda mendapatkan profit luar biasa dan menghabiskan sisa stok lama.

Muncul sekolah sekolah cycling ala komunitas ( saya sendiri bingung kurikulum apa yang diajarkan...he..he...), muncul banyak "Coach Coach" yang notabene tidak ada sertifikasi sebagai seorang pelatih sepeda, hanya dengan modal percaya diri yang tinggi, ilmu seadanya dan seuntai "pluit" yang menggelantung di dada, siap menjadi seorang Coach dengan banyak follower (trend mengalungi pluit saat  gowes itu adalah suatu kebanggaan), saat itu semua dimungkinkan karena newbie hobbies menginginkan dan menerima figur figur "Coach Coach", tidak perduli kualifikasi pelatih yang sebenar nya dan mereka berani membayar biaya pelatihan tersebut berapapun biaya nya, dengan harapan akan semakin kuat dan AVG speed bertambah...he..he..
Saya lebih suka menyebut "Coach Coach" itu sebagai seorang Motivator, yang menyemangati anak didiknya, membangunkan mereka di saat subuh untuk berlatih, tetapi pelatihan tidak secara keilmuwan.

Layaknya artis film mendapatkan Grammy Award begitupun sinetron di dunia sepeda balap yang di generasi ini muncul award award bagi mereka yang berprestasi di internal komunitas, mungkin di tahun tahun akan datang, award seperti ini akan menjadi sesuatu yang umum di komunitas sepeda balap.

Bersepeda dengan berfoto adalah keharusan dan menjadi wajib karena semua hasil jepretan akan segera di tayang di IG untuk memperkuat konten dan menegaskan jati diri sebagai seorang Cyclist Sejati, di masa ini banyak sekali Photographer standby di persimpangan jalan, di loops loops area bersepeda seperti di Mozia Loops, PIK loops, Dalkot Loops, KM0 Sentul, dll.

Semakin banyak cyclist cyclist wanita dan ego kompetisi mereka juga tidak kalah dengan cyclist cowok, wajah cantik cantik dengan perlengkapan apparel keren  dan yang tidak kalah seru selalu ada dance ala tiktok setelah selesai gowes. 

Nah, begitulah sepenggal cerita mengenai generasi cyclist dari tahun 2009 sampai 2022, kita nantikan generasi akan datang dengan style yang lebih seru.