; 𝐀𝐥𝐥𝐞𝐧'𝐬 𝐀𝐝𝐯𝐞𝐧𝐭𝐮𝐫𝐞: Juli 2019

Cari Blog Ini

Rabu, 03 Juli 2019

Tour de Ambarukmo 2019 - Belajar menaklukan Tanjakan

  
Tour de Ambarukmo 2019 merupakan event yang digelar Group Ambarrukmo yakni Plaza Ambarrukmo (Amplaz), Hotel Royal Ambarrukmo, dan Hotel Grand Ambarrukmo. Tahun ini merupakan tahun ketiga.
Tercatat 1600 peserta dari berbagai penjuru Tanah Air dan luar negeri ambil bagian di event ini.




Adapun rute TDA, start Pendopo Royal Ambarrukmo, Tugu, Malioboro, Gamping, Tugu Pensil, menuju check point pertama Waduk Sermo (km ke 44), Lanjut ke check point kedua, Lapangan Tempel (km ke 84), dan check point ketiga Candi Prambanan (km ke 118), Finish di Pendopo hotel Ambarukmo (km ke 130)




Di check point pertama, peserta dipecah dua kategori, reguler (non-race) dan race yang dilombakan. Khusus race, peserta diberi rute menantang melewati Girimulyo Hill. Di sini, diambil lima pemenang dengan kategori, KOM under 30, KOM 41-50, KOM Above, QOM under 35, dan QOM above 36.


Peresmian oleh Sultan Hamengku Buwono X.
 


Penilaian saya pribadi mengenai event TDA 2019 ini sangat bagus, setiap persimpangan jalan dijaga dengan sangat baik oleh polisi lalu lintas dan panitia, rambu jalan lengkap dan tidak akan tersesat atau salah jalan, water station cukup banyak, makanan dan minuman berlimpah dan memuaskan, rute cukup menantang, pemandangan alam nya juga luar biasa khusus nya check point pertama Waduk Sermo, berkabut, sejuk....kesimpulan : " Sangat puas dengan event TDA 2019 ".



Rute bagi peserta yang mengikuti KOM / QOM juga sangat menantang sejauh 7.5km dengan kecuraman antara 10%- 24%, segmen di strava nama nya Sribit Tompak Climb dengan catatan waktu terbaik saya di 29 menit 20 detik (Girimulyo Hill), peringkat di urutan 8 kategori umur 41-50 tahun (catatan panitia secara manual 51 menit 29 detik ).


Kesabaran dengan pacing speed yang sesuai sangat penting, Anda tidak bisa dengan nafsu mengejar speed akibatnya akan tumbang di tepi jalan sebelum finish. 
Saya juga sempat mengalami kecelakaan kecil saat di rute turunan tajam setelah selesai mengikuti KOM karena kontur jalan yang begitu tajam ke bawah plus kondisi jalan saat itu basah,  di rem tetap meluncur dengan kecepatan tinggi akhir nya "nyungsep"...he..he..ini menjadi pengalaman yang tidak terlupakan.



Berkabut tebal

Finish strong - kategori umur 41-50 tahun berada di posisi 8

 Belajar Menaklukan Tanjakan

Hidup itu seperti bersepeda, maka nikmatilah, kali ini saya akan sharing sedikit mengenai pengalaman saya sendiri dari seorang rider yang sangat tidak menyukai tanjakan saat bersepeda sampai akhirnya saya menyukai rute tanjakan.

Sekali lagi,  Saya bukan pembalap profesional, jadi mohon jangan jadikan saya sebagai satu-satunya sumber tepercaya dan saya menulis ini hanya untuk sharing dari pengalaman, serta berbagai ilmu yang saya dapat dari beragam teman. 

Keinginan untuk "mencintai" tanjakan saat bersepeda bermula dari awal tahun 2018, dimana setelah saya "off" dan kembali ke dunia sepeda, pertama : saya ingin merasakan keindahan alam dengan bersepeda, tentu nya indahnya alam ada di puncak atau di ketinggian 650mdpl ke atas (pemandangan lebih asri, udara sejuk), Kedua: saya ingin mencoba beberapa event lomba KOM.

Untuk memulai semua ini, tidaklah gampang karena lokasi dimana saya tinggal berada di dataran rendah (lokasi Serpong) dan untuk latihan uphill dibutuhkan waktu 1.5- 2 jam untuk sampai ke daerah Sentul / Bogor dan sekitarnya, belum lagi macet nya tentu nya penuh perjuangan. 

Konsistensi adalah faktor penting dalam latihan tanjakan, Anda tidak bisa latihan hanya seminggu sekali apalagi sudah punya agenda mau mengikuti event race KOM, minimal seminggu 4x supaya otot untuk tanjakan terbentuk.

Saya tidak akan bahas program latihan secara detail karena perlu pembahasan terpisah. Tapi untuk newbies alias pemula yang ingin latihan lebih terstruktur, bisa dimulai dengan fase Base, yang mayoritas bobot latihannya diisi dengan intensitas rendah berkisaran 60-85 persen.
Semakin tinggi intensitas, semakin pendek pula durasi latihannya.

Dan jangan suka berpindah pindah program, selesaikan program latihan dan bersabarlah (tools tambahan bisa memakai Power Meter jika diperlukan).

"Improve" berkat Indoor Training.

Pertengahan tahun 2018 akhirnya saya menemukan solusi dengan Smart trainner, merek yang saya pakai adalah Bkool Pro (support by Spinwarriors), setiap hari saya berlatih dengan aplikasi bkool khusus nya etape tanjakan dengan kemiringan antara 6%-20%, saya membiasakan otot kaki dengan latihan strenght dan 1 hari easy ride dan alhasih dalam waktu 4 bulan sebelum mengikuti event Bromo KOM mulai terlihat hasil yang cukup menggembirakan, di beberapa area tanjakan - lokasi latihan seperti di Gunung Menyan Bogor dan di Sentul KM0 mencatat waktu yang sangat bagus (PR).
Metode nya adalah mengkombinasikan latihan Indoor dan Outdoor, misal 3 hari latihan indoor dan 2 hari latihan outdoor, disesuaikan dengan waktu dan rutinitas sehari hari.


Semoga sharing ini bermanfaat....