Akhirnya saya kembali lagi ke dunia sepeda balap setelah 2 tahun absen (berhenti total - sekitar bulan Oktober 2015), kerinduan terhadap dunia sepeda balap tak terbendung, bertemu teman teman lama dan keinginan untuk kembali mencoba balapan kelas amatir.
Selama 2 tahun absen gowes, otot otot di sekitar paha, betis, tangan kembali menjadi otot normal artinya otot yang dipakai sebatas rutinitas sehari hari dan membutuhkan waktu untuk dilatih kembali seperti dulu kala.
Tepat nya tanggal 21 Januari 2018 adalah hari dimana saya pertama kali memulai test riding di jalan aspal dengan teman teman di lokasi Mozia Loops, BSD Serpong, posisi nya dibelakang Court Elektronic. Kondisi lapangan mirip dengan Icon Loops - BSD, trek melingkar sejauh 2.8km, sepi kendaraan, aman - security keamanan ada di setiap sudut lokasi, nyaman - aspal mulus dan tentu nya tanpa speed trap alias "polisi tidur".
Mozia Loops
Kembali ke dunia sepeda balap tentu nya tidak terlepas dari merek sepeda yang dipilih disesuaikan dengan kebutuhan, saya memilih sepeda balap yang bisa mantap di jalan lurus dan tidak terlalu berat saat tanjakan, stiff tapi nyaman untuk long ride, kondisi kontur jalan di Jakarta - Serpong cenderung memiliki grade 0% - 2%, dengan tiupan angin yang lumayan kencang.
Dan tentunya dari segi harga sesuai kantong, jikalau kurang pas saat gowes dengan karakter frame tersebut, suatu hari masih bisa dijual dengan harga yang masuk akal, kira kira seperti itulah pemikiran awal.. he.. he...
Dibutuhkan sepeda balap yang Aero untuk menghindari angin, sedangkan di hari sabtu dan minggu, biasanya kami berlatih di daerah Sentul Bogor dan Puncak Cipanas, grade tanjakan bisa mencapai 20%, dengan sepeda berbobot berat akan menyulitkan saat melakukan pendakian.
Setelah mencoba memilih sekian merek sepeda balap akhirnya saya memutuskan memakai Wilier Cento10 Air dengan groupset Shimano Utegra 6800 Di2.
Wilier Cento10 Air adalah produk yang diluncurkan bertepatan dengan 100 tahun berdiri nya Wilier di dunia sepeda balap ( Cento artinya Hundred ), minus nya adalah frame ini belum di test di Wind Tunnel sehingga tidak ada parameter data yang valid mengenai wind drag.
Beberapa hal yang menjadi poin utama, saya memilih Wilier Cento 10 Air :
1. Wiler Cento 10 Air adalah sepeda Aerobike dijalan datar dan optimal di tanjakan - di design menggunakan algoritma NACA (National Advisory Committee for Aeronautics).
2. Monocoque carbon frame dengan modul MR60H 60ton + T800H + T700SC yang akan menghasilkan frame stiffnest, nyaman, tidak kaku dan bobot yang tidak berat ( Frame + Handlebar 1050gram) - tidak liar saat di 'betot", stiff tapi nyaman.
3. BB Presfit 386 Evo, ultra-stiff crank into an ultra-stiff frame.
4. Harga yang terjangkau + kualitas, Italian style.
Kesimpulan nya : Performance : Versatility, aerodynamics, crosswind management, stiffness & value of money
Kesimpulan nya : Performance : Versatility, aerodynamics, crosswind management, stiffness & value of money
Spesifikasi sementara saat ini :
Frame Wilier Cento 10 Air size XS
Groupset Shimano Utegra 6800 Di2 ; Rotor Qring 53/38, 11 -28
Wheelset DT Swiss DICUT 20 clincer + quick release titanium
Wheelset DT Swiss Dicut 20 Aluminium profile
Handlebar + stem integrated Alabarda 100/400
Sadel San Marco
Seatpost Carbon Wilier
Pedal Time iClick carbon
Garmin Edge 25
Sepatu Shimano RC7 Carbon
Helm Giro.
Kacamata Oakley Flak Fire
Bobot full bike sekitar +/- 7.8kg, target yang diinginkan di kisaran 6.7kg.
Wilier Cento10Air with DT Swiss ARC 1100 Dicut 48
Sebelumnya saya pernah memakai frame titanium Lynskey Helix 2015, berasa sekali perbedaan stiffness antara bahan logam dan bahan carbon, stiffness di logam (titan) getaran tidak semua terserap oleh frame dan sebagian terserap oleh badan kita dan itu akan menyebabkan kelelahan jika digowes jarak jauh (diatas 100km - dengan wheelset alu), berbeda dengan frame carbon Wilier 60ton, terasa stiff, nyaman dan getaran diserap di frame.
Ada kelebihan dan ada kekurangan, minus nya adalah di posisi stem dan handlebar yang terintegrasi, dari segi ukuran kurang nyaman (terlalu lebar) dan Handlebar kurang stiff saat sprint (agak meleot).
Saya juga pernah merasakan frame carbon aero keluaran Ridley Noah / Giant Propel Advanced SL3, walaupun berbahan carbon, stiffness terlalu "over" - keras dan kaku, jadinya tidak terlalu nyaman dipakai gowes jarak jauh, hanya cocok dipakai buat balapan criterium.
Jika anda menginginkan sepeda aerobike yang menurut saya paling sempurna dari segi aerodinamis saat ini - 2018, anda bisa memilih Trek Madone 9.9 H1 ( harganya wow...) .
Trek Madone H2
Wilier Cento10 Air, termasuk kurang nyaman saat di tanjakan (terlalu kaku dan kurang nyaman) - karakternya agak sedikit nahan, kurang agresif di tanjakan.
Tanjakan Km0 - Sentul
Tanjakan Prabowo - Grade 20%
Dengan grade sekitar 12%, sepeda mantap tidak liar, saat masuk ke tanjakan curam - grade 20% mulai terasa berat tetapi secara keseluruhan energi yang tersalurkan ke frame sangat baik ( tapi kurang responsif ) - transfer power ke frame mantap, perpaduan bahan carbon MR60H ( 60 ton) plus T800H dan T700SC menjamin stiffness dan karakter lebih elastis yang menghasilkan kenyamanan saat menanjak, masalah di weight berpengaruh, berat 7.8kg plus 2 bidon menjadi 9kg tidak akan menghasilkan speed yang optimal.
Model Folk belakang yg stabil di tanjakan
Dengan berat sepeda yang disarankan 6.7kg akan menghasilkan keseimbangan antara energi output yang dikeluarkan dengan speed yang diinginkan (Power of Weight Ratio).
Distributor untuk produk Wilier saat ini : Sepeda Kita - Alam Sutra Serpong.
Semoga bermanfaat...