- 1 x Factor OSTRO fork
- 1 x Factor OSTRO seatpost
- 1 x CeramicSpeed 110 headset
- 1 x CeramicSpeed T47A bottom bracket
- 1 x Black Inc V.A.M. handlebar stem unit
- 1 x Factor/Black Inc. mount for training computer
- 1 x pair handlebar tape
;
๐ ๐๐ฆ ๐ ๐๐ฒ๐๐ฅ๐ข๐ฌ๐ญ, ๐ ๐๐ฆ ๐ง๐จ๐ญ ๐ญ๐ก๐ ๐๐๐ฌ๐ญ๐๐ฌ๐ญ, ๐๐ฎ๐ญ ๐ ๐ฐ๐ข๐ฅ๐ฅ ๐ ๐๐ญ ๐ญ๐จ ๐ฐ๐ก๐๐ซ๐ ๐ ๐๐ฆ ๐ ๐จ๐ข๐ง๐ ๐ฐ๐ข๐ญ๐ก ๐ ๐ฌ๐ฆ๐ข๐ฅ๐ ๐จ๐ง ๐ฆ๐ฒ ๐๐๐๐
The BRP, or Biomechanical Reference Point, is the point that identifies the anatomical center of the saddle (mid-line reference) useful for measuring the parameters appropriate to the mounting of the bike (saddle height, saddle retraction, distance BRP handlebar). To identify it, it is necessary to determine the point where the saddle reaches 7 cm of width. Its identification comes from the observation of a constant of the attitude of cyclists, who all position themselves on the saddle at a distance always equal to the BRP. Although this distance differs from cyclist to cyclist, it is always the same for the subject regardless of the saddle brand chosen.
The red line on the nose of the idmatch test saddles is called the FIT-LINE. It is a system that allows cyclists to sit correctly and with their ischial bones in the right place. Tests have shown that more than 60% of cyclists lean too far on the saddle, unloading weight mainly on the symphysis pubis and not on the ischial bones. The “FIT-LINE” line therefore serves as a guide to the correct positioning in the saddle for an effective, efficient and healthy pedalling.
Pendahuluan.
Di akhir tahun 2020 sampai September 2021, semua kegiatan gowesku di outdoor "vacum" dikarenakan wabah Covid-19 yang semakin masif khusus nya varian baru "Delta" (Juli 2021). Selama masa pandemi tersebut, saya lebih banyak fokus gowes indoor / virtual ride dengan aplikasi Zwift di smart trainner.
Saat pandemi Covid-19, sepeda balap menjadi barang viral dan banyak peminatnya dan bagi sebagian orang, olahraga sepeda balap merupakan bagian dari gaya hidup - life style, begitu juga sepeda jenis lain nya seperti sepeda lipat , gravel bike, MTB, dll (saya hanya fokus membahas olahraga sepeda balap).
Di artikel ini saya ingin sharing "life style roadiest generasi Covid-19" dan beberapa perubahan trend yang muncul, tulisan ini hanya sebatas 'sharing pengalaman' dari kacamata saya sebagai seorang roadiest.
Beberapa fenomenal trend / life style roadiest generasi Covid 19:
1. Roadiest "Social Media"
2. Jersey / BIB & Sepeda ala "Sultan"
3. Sepeda TT/Tri ( Time Trial)
4. Pelaton Ladiest Cyclist
5. Semakin kompetitif - Tarkam / Average speed / Elevasi
Semakin banyak penggemar sepeda balap bermunculan semakin memicu persaingan siapa yang terkuat dan ini memang wajar karena DNA sepeda balap adalah kompetitif, bersaing untuk mendapatkan speed terbaik, jika ingin gowes santai jangan pakai sepeda balap..he..he...khusus nya di kawasan jabodetabek semenjak PPKM, rute flat menjadi idaman bagi pecinta speed, fenomena menjadi yang tebaik, tercepat sudah ada dari jaman generasi saya, tapi untuk kali ini terlihat lebih 'agresif', latihan intensif - pagi - siang - malam, jarak gowes semakin jauh dengan elevasi tinggi (gowes Everesting 8848mdpl sekali nanjak menjadi tren) akan semakin menambah nilai konten Anda, untuk di rute flat , average speed menjadi patokan utama walaupun memakai sistem drafting dalam pelaton tarkam tidaklah gampang - untuk jarak 50km dengan average speed 48km, jika anda sanggup artinya sudah masuk kualifikasi pembalap kuat kelas hobi di rute flat, jadi please jangan ada lagi postingan di sosmed tulisan gowes sendiri tanpa gandol sambil menunjukan data strava average speed nya seakan akan "saya jujur loh - tanpa drafting", sekali kali coba ikut merasakan pelaton drafting speed tinggi, suffer...Resiko bersenggolan sangat tinggi saat memacu sepeda balap dengan kecepatan tinggi sampai Heart rate threshold, hanya demi kebanggaan dan pujian, itulah olahraga dunia sepeda balap sejak dari jaman dulu. Semakin banyak postingan average speed atau elevasi tinggi di strava akan semakin banyak dapat tuain pujian. Bijaksanalah dalam bermain speed.
Setelah bertahun tahun menjalani hobi ini, menurut saya olahraga balap sepeda lebih cocok diperuntukan khusus untuk atlet, mereka latihan terstruktur dan professional, jelas dengan tujuan yang hendak dicapai, untuk hobies, Gravelbike lebih pas, kondisi permukaan wheels yang lebih lebar, posisi mengendarai diatas sepeda lebih rilex dan bisa explore rute jalan manapun tentunya dengan speed nyaman - tidak terlalu kompetitif seperti sepeda balap - just my opinion.
"Cycling is such a stupid sport, next time you are in a car travelling at 40mph (65km) think about jumping out - Naked....That's what it's like when we crash - David Millar - Pro Cyclist.
Komunitas / klub sepeda bermunculan seperti jamur tumbuh di musim hujan, masing masing klub memliki jargon sendiri, ada yang fokus ke tarkam / speed, ada yang specialist touring, ada yang fokus ke climbing, dll begitu juga munculnya "coach coach" untuk memotivasi hobies, kalo menurut kacamata saya : menjadi Trainer, Coach atau Mentor tidaklah mudah karena harus memiliki kualifikasi ekstra berupa Knowledge, Passion, Skill dan tentu nya methodology yang baik.
7.Ternyata beberapa Pembalap Pro juga positif Covid -19
Masa masa saat pandemi Covid-19.
Dari awal tahun 2021 sampai hari ini, kegiatan bersepedaku 90% dilakukan secara virtual dengan mengikuti beberapa event virtual ride yang diselenggarakan beberapa komunitas sepeda join dengan perusahaan seperti Prudential insurance, JBL Audio, Garmin, dll, tujuannya supaya tidak jenuh dan termotivasi untuk tetap beraktifitas - gowes,
Penutup
Harus diingat, semakin seseorang belajar semakin dia akan membumi. Sehingga, untuk membunuh kesombongan yang bersemayam di dalam diri, seseorang harus terus belajar dan banyak mendengar.
"Stay hungry, stay foolish" dan "stay humble"....Salam Gowes.